Kuliah kelima matakuliah
Pengelolaan Wilayah Pesisir 16 Maret 2015 kemarin pak Made Andi Arsana membahas
tentang Ekosistem Pesisir serta Sumberdaya Pesisir. Indonesia merupakan negara
yang kaya dengan sumberdaya pesisirnya, baik sumberdaya non hayati maupun
non-hayati. Indonesia memiliki distribusi terumbu karang, mangrove, dan padang
lamun yang tinggi.
Diantara ekosistem pesisir yang
termasuk dalam sumberdaya alam hayati adalah terumbu karang, mangrove, padang
lamun, dan estuaria. Keempat ekosistem tersebut memiliki kekhasan atau
ciri-ciri ekologis tersendiri. Pelestarian dan penjagaan terhadap keberadaan
sumberdaya tersebut harus senantiasa dilakukan, mengingat besarnya manfaat yang
dapat diperoleh baik dari segi ekonomi, ekologi, maupun sosial.
Mangrove adalah Suatu lingkungan
yang mempunyai ciri khusus karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh
air yang dipengaruhi oleh salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air
karena adanya pasang surut air laut (Duke, 1992). Fungsi dari mangrove dapat
berupa fungsi fisik, biologis dan ekonomis. Habitat mangrove:
a.
Wilayah tanah tergenang air secara berkala
b.
Mendapat aliran air tawar yang cukup
c.
Terlindung dari gelombang yang besar
d.
Air di wilayah tsb memiliki kadar garam payau dengan
salinitas 2-22 ppt
e.
Jenis tanahnya berlumpur, berlempung, berpasir
f.
Topografi pantai yang landau
Terumbu karang Merupakan
ekosistem pesisir yang khas di daerah tropis. Produktivitas organiknya sangat
tinggi. Terdapat hubungan fungsional yang harmonis dalam ekosistem terumbu karang.
Fungsi terumbu karang dapat dilaksanakan dalam bidang ekologi, ekosistem dan
ekonomi
Lamun (seagrass) merupakan
tumbuhan berbunga yang hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun,
berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas. Pola hidup lamun
sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun (Seagrass bed).
Esturia yaitu bagian dari
lingkungan perairan yang merupakan percampuran antara air laut dan air tawar
(lingkungan peralihan). Esturia Sangat di pengaruhi oleh pasang surut, seperti
halnya pantai, namun umumnya terlindung dari pengaruh gelombang laut.
Akhir-akhir ini media masa
seringkali memberitakan tentang bencana yang memporakporandakan pemukiman
nelayan, abrasi pantai, banjir pasang, sampai nelayan yang hanya mendapatkan
sedikit ikan dalam melaut sehingga nelayan tersebut akhirnya memutuskan untuk berhenti
melaut. Dari semua itu sepertinya yang paling terkena dampak adalah nelayan
sebagi masyarakat pesisir. Semua hal
itu terjadi sebenarnya bukan karena factor alamiah semata, ada campur tangan
manusia yang mempengaruhinya khususnya masyarakat pesisir itu sendiri
Pesisir sehat |
Pesisir tidak sehat |
Laut memiliki potensi yang dapat diperbaharui seperti ikan, udang,
moluska, karang mutiara, kepiting, rumput laut, hutan mangrove dan hewan karang
yang keberadaan dan kelestarianya tergantung dari pelestarian habitatnya. Selain
hal tersebut juga lingkungan harus tetap terjaga dengan baik karena bisa
digunakan untuk potensi wisata. Dari semua itu, maka potensi kelautan dan pesisir
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi semua elemen masyarakat, khususnya
masyarakat pesisir.
Membuat PLK (Pengelolaan Lokal Kawasan) dan jaringan PLK merupakan
salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga
kelimpahan dan kesehatan sumber daya pesisir dan laut untuk jangka panjang. PLK
adalah sebuah kawasan pesisir dan sumber daya laut yang dikelola langsung oleh masyarakat
dan lembaga mitra. PLK dapat terdiri dari aturan pengelolaan dan zona seperti:
a.
pembatasan
peralatan tangkap
b.
larangan
terhadap praktek penangkapan yang merusak,
c.
penggunaan
jaring
d.
zona
penangkapan terbatas selama masa pemijahan
e.
larangan
memotong mangrove atau menambang karang
f.
Zona
g.
Larangan
Tangkap untuk Pemulihan Perikanan (ZLPP, atau Zona Larangan Tangkap)
Spesies yang berbeda mempergunakan habitat yang berbeda pula
untuk mendapatkan makanan, sebagai tempat berlindung dan reproduksi, sehingga
penting untuk melindungi semua jenis habitat. Oleh karena itu pengelolaan harus
meliputi perlindungan terhadap semua jenis habitat laut dan pesisir, khususnya habitat
bagi spesies yang dianggap penting oleh masyarakat. Pengelolaan harus
memberlakukan larangan terhadap semua kegiatan dan ancaman yang sifatnya dapat
merusak habitat. Jika satu masyarakat tidak memiliki kewenangan untuk mengelola
semua habitat kritis yang dibutuhkan oleh spesies target, maka disarankan bagi
masyarakat tersebut untuk dapat bekerja sama dengan masyarakat kampung tetangga
untuk memastikan bahwa semua jenis habitat terlindungi.
Cara manusia memanfaatkan dan mengelola sumber daya secara
signifikan akan mempengaruhi kesehatan dan kelimpahan sumber daya tersebut dari
waktu ke waktu. Penting bagi masyarakat yang memanfaatkan dan tergantung pada
sumber daya laut untuk mengelola sumber daya tersebut dengan efektif demi
keberlanjutan jangka panjang sehingga dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat.
Pengelolaan Lokal Kawasan yang efektif melakukan beberapa kegiatan yang fokus
pada:
i. Memberikan kesempatan kepada spesies agar dapat
berhasil bereproduksi dan habitat tetap sehat sehingga melimpah dan tangguh
dari waktu ke waktu;
ii. Melibatkan masyarakat dalam pengambilan
keputusan dan memastikan pengelolaan PLK secara berkelanjutan dapat memenuhi
kebutuhan berbagai kelompok masyarakat yang ada seperti kelompok nelayan,
kelompok perempuan, kelompok pemuda, dan kelompok lainnya; dan
iii.
Mendesain zona dan aturan untuk memastikan bahwa
masyarakat dapat terus melakukan kegiatan penangkapan dan mendapat makanan,
pendapatan dan manfaat lainnya dari PLK.
Ilustrasi ini memotret berbagai kegiatan yang mendukung
pengelolaan yang efektif antara lain:
1.
Pertemuan rutin untuk merencanakan dan
mengadaptasi pengelolaan PLK;
2. Penyuluhan kepada seluruh masyarakat agar mereka
paham dan mendukungaturan yang dapat mengurangi ancaman, meningkatkan kesehatan
dan kelimpahan;
3.
Secara aktif mengelola sumber daya, menegakan
zonasi dan aturan;
4. Mendukung diversifikasi peluang sumber
pendapatan lain seperti usaha kecil, pertanian, perikanan, budidaya rumput laut,
pariwisata, dan kegiatan lainnya, yang dapat membantu masyarakat mengurangi
ketergantungan mereka terhadap sumber
daya laut sebagai sumber pendapatan; dan
5. Mengembangkan diversifikasi sumber pangan
misalnya keberagaman tanaman pertanian, menanam pohon yang bernilai ekonomis,
perikanan, dan lainnya, yang dapat membantu masyarakat mengurangi
ketergantungan terhadap sumber daya laut tertentu untuk pangan.
Sumber:
1.
Kuliah Bapak I Made Andi Arsana Ph.D 16 Maret 2015 “Ekosistem
Pesisir serta Sumberdaya Wilayah Pesisir”
2.
Ringkasan Eksekutif mata kuliah Pengelolaan Wilayah
Pesisir oleh Bapak I Made Andi Arsana Ph.D
3.
Mendesain
Pengelolaan Sumber Daya Laut Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Yang Efektif oleh Indonesia
Locally-Managed Marine Area (ILMMA) 25 Oktober 2013
4.
Haryanto,
Rudi. 2 Oktober 2008. REHABILITASI HUTAN
MANGROVE: Pelestarian Ekosistem Pesisir Pantai dan Pemberdayaan Masyarakat
Pesisir. KARSA. Vol XIV 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar