Minggu, 22 Maret 2015

Mengelola Sumber Daya Pesisir Guna Manfaat yang Berkelanjutan



Kuliah kelima matakuliah Pengelolaan Wilayah Pesisir 16 Maret 2015 kemarin pak Made Andi Arsana membahas tentang Ekosistem Pesisir serta Sumberdaya Pesisir. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumberdaya pesisirnya, baik sumberdaya non hayati maupun non-hayati. Indonesia memiliki distribusi terumbu karang, mangrove, dan padang lamun yang tinggi.
Diantara ekosistem pesisir yang termasuk dalam sumberdaya alam hayati adalah terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan estuaria. Keempat ekosistem tersebut memiliki kekhasan atau ciri-ciri ekologis tersendiri. Pelestarian dan penjagaan terhadap keberadaan sumberdaya tersebut harus senantiasa dilakukan, mengingat besarnya manfaat yang dapat diperoleh baik dari segi ekonomi, ekologi, maupun sosial.
Mangrove adalah Suatu lingkungan yang mempunyai ciri khusus karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air yang dipengaruhi oleh salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena adanya pasang surut air laut (Duke, 1992). Fungsi dari mangrove dapat berupa fungsi fisik, biologis dan ekonomis. Habitat mangrove:
a.         Wilayah tanah tergenang air secara berkala
b.        Mendapat aliran air tawar yang cukup
c.         Terlindung dari gelombang yang besar
d.        Air di wilayah tsb memiliki kadar garam payau dengan salinitas 2-22 ppt
e.         Jenis tanahnya berlumpur, berlempung, berpasir
f.         Topografi pantai yang landau
Terumbu karang Merupakan ekosistem pesisir yang khas di daerah tropis. Produktivitas organiknya sangat tinggi. Terdapat hubungan fungsional yang harmonis dalam ekosistem terumbu karang. Fungsi terumbu karang dapat dilaksanakan dalam bidang ekologi, ekosistem dan ekonomi
Lamun (seagrass) merupakan tumbuhan berbunga yang hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas. Pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun (Seagrass bed).
Esturia yaitu bagian dari lingkungan perairan yang merupakan percampuran antara air laut dan air tawar (lingkungan peralihan). Esturia Sangat di pengaruhi oleh pasang surut, seperti halnya pantai, namun umumnya terlindung dari pengaruh gelombang laut.
Akhir-akhir ini media masa seringkali memberitakan tentang bencana yang memporakporandakan pemukiman nelayan, abrasi pantai, banjir pasang, sampai nelayan yang hanya mendapatkan sedikit ikan dalam melaut sehingga nelayan tersebut akhirnya memutuskan untuk berhenti melaut. Dari semua itu sepertinya yang paling terkena dampak adalah nelayan sebagi masyarakat pesisir. Semua hal itu terjadi sebenarnya bukan karena factor alamiah semata, ada campur tangan manusia yang mempengaruhinya khususnya masyarakat pesisir itu sendiri
Pesisir sehat
Pesisir tidak sehat




Laut memiliki potensi yang dapat diperbaharui seperti ikan, udang, moluska, karang mutiara, kepiting, rumput laut, hutan mangrove dan hewan karang yang keberadaan dan kelestarianya tergantung dari pelestarian habitatnya. Selain hal tersebut juga lingkungan harus tetap terjaga dengan baik karena bisa digunakan untuk potensi wisata. Dari semua itu, maka potensi kelautan dan pesisir mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi semua elemen masyarakat, khususnya masyarakat pesisir.
Membuat PLK (Pengelolaan Lokal Kawasan) dan jaringan PLK merupakan salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga kelimpahan dan kesehatan sumber daya pesisir dan laut untuk jangka panjang. PLK adalah sebuah kawasan pesisir dan sumber daya laut yang dikelola langsung oleh masyarakat dan lembaga mitra. PLK dapat terdiri dari aturan pengelolaan dan zona seperti:
a.         pembatasan peralatan tangkap
b.        larangan terhadap praktek penangkapan yang merusak,
c.         penggunaan jaring
d.        zona penangkapan terbatas selama masa pemijahan
e.         larangan memotong mangrove atau menambang karang
f.         Zona
g.        Larangan Tangkap untuk Pemulihan Perikanan (ZLPP, atau Zona Larangan Tangkap)

Spesies yang berbeda mempergunakan habitat yang berbeda pula untuk mendapatkan makanan, sebagai tempat berlindung dan reproduksi, sehingga penting untuk melindungi semua jenis habitat. Oleh karena itu pengelolaan harus meliputi perlindungan terhadap semua jenis habitat laut dan pesisir, khususnya habitat bagi spesies yang dianggap penting oleh masyarakat. Pengelolaan harus memberlakukan larangan terhadap semua kegiatan dan ancaman yang sifatnya dapat merusak habitat. Jika satu masyarakat tidak memiliki kewenangan untuk mengelola semua habitat kritis yang dibutuhkan oleh spesies target, maka disarankan bagi masyarakat tersebut untuk dapat bekerja sama dengan masyarakat kampung tetangga untuk memastikan bahwa semua jenis habitat terlindungi.
Cara manusia memanfaatkan dan mengelola sumber daya secara signifikan akan mempengaruhi kesehatan dan kelimpahan sumber daya tersebut dari waktu ke waktu. Penting bagi masyarakat yang memanfaatkan dan tergantung pada sumber daya laut untuk mengelola sumber daya tersebut dengan efektif demi keberlanjutan jangka panjang sehingga dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat. Pengelolaan Lokal Kawasan yang efektif melakukan beberapa kegiatan yang fokus pada:
i.         Memberikan kesempatan kepada spesies agar dapat berhasil bereproduksi dan habitat tetap sehat sehingga melimpah dan tangguh dari waktu ke waktu;
ii.       Melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan memastikan pengelolaan PLK secara berkelanjutan dapat memenuhi kebutuhan berbagai kelompok masyarakat yang ada seperti kelompok nelayan, kelompok perempuan, kelompok pemuda, dan kelompok lainnya; dan
iii.      Mendesain zona dan aturan untuk memastikan bahwa masyarakat dapat terus melakukan kegiatan penangkapan dan mendapat makanan, pendapatan dan manfaat lainnya dari PLK.


 





Ilustrasi ini memotret berbagai kegiatan yang mendukung pengelolaan yang efektif antara lain:
1.        Pertemuan rutin untuk merencanakan dan mengadaptasi pengelolaan PLK;
2.     Penyuluhan kepada seluruh masyarakat agar mereka paham dan mendukungaturan yang dapat mengurangi ancaman, meningkatkan kesehatan dan kelimpahan;
3.        Secara aktif mengelola sumber daya, menegakan zonasi dan aturan;
4.   Mendukung diversifikasi peluang sumber pendapatan lain seperti usaha kecil,  pertanian, perikanan, budidaya rumput laut, pariwisata, dan kegiatan lainnya, yang  dapat membantu masyarakat mengurangi ketergantungan mereka terhadap  sumber daya laut sebagai sumber pendapatan; dan
5.  Mengembangkan diversifikasi sumber pangan misalnya keberagaman tanaman pertanian, menanam pohon yang bernilai ekonomis, perikanan, dan lainnya, yang dapat membantu masyarakat mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya laut tertentu untuk pangan.




Sumber:
1.        Kuliah Bapak I Made Andi Arsana Ph.D 16 Maret 2015 “Ekosistem Pesisir serta Sumberdaya Wilayah Pesisir”
2.        Ringkasan Eksekutif mata kuliah Pengelolaan Wilayah Pesisir oleh Bapak I Made Andi Arsana Ph.D
3.        Mendesain Pengelolaan Sumber Daya Laut Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Yang Efektif oleh Indonesia Locally-Managed Marine Area (ILMMA) 25 Oktober 2013
4.        Haryanto, Rudi. 2 Oktober 2008. REHABILITASI HUTAN MANGROVE: Pelestarian Ekosistem Pesisir Pantai dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. KARSA. Vol XIV 2008
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar